Rustan Amarullah
(Peneliti PKP2A III-Lembaga Administrasi Negara)

Membangun dari pinggiran sesuai dengan jargon pemerintah saat ini, juga dapat diartikan bahwa fokus pembangunan saat ini adalah dari level terendah yaitu desa atau kampung. Namun demikian, belum tegas apa saja yang dapat dilakukan dan bagaimana cara untuk meningkatkan desa agar bisa setara dengan kota secara cepat dan berkesinambungan. Pandangan bahwa kota lebih maju, lebih canggih, atau lebih sejahtera perlu dibalik dengan langkah-langkah inovatif yang salah satunya adalah menciptakan smart village atau kampung cerdas.
Berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah penduduk pedesaan mencapai 46,7% yang relatif menunjukkan cukup besar potensi di desa untuk menekan dan mengambil peran turut serta mengatasi problematika urbanisasi. Disamping itu, angka ini menunjukkan bahwa dominannya penduduk indonesia hidup di perkotaan menjadikan desa kurang mendapatkan fokus pengembangan yang optimal serta masih bertindak secara tradisional dalam mengelolanya. Fokus pengembangan desa seyogyanya menjadi lebih mudah karena desa atau kampung memiliki faktor kekuatan positif yang berbeda dengan kota, diantaranya adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah dan relatif belum dikelola secara optimal, potensi sumberdaya manusia (SDM) yang cenderung mudah digerakkan karena tingginya jiwa kekeluargaan atau semangat partisipasinya yang besar untuk terlibat, ketersediaan anggaran yang saat ini desa diberikan celah fiskal yang cukup besar, serta otoritas/ kewenangan desa untuk melakukan self governing community. Oleh karenanya, diperlukan sebuah model pengembangan desa yang lebih optimal, dengan penggunaan aset atau sumberdayanya yang lebih terorganisir dengan baik dan mendatangkan kemajuan bagi pembangunan desa.

Smart Village Sebagai Inovasi Desa

Dilandasi pada kenyataan bahwa desa juga menjadi tumpuan pembangunan nasional, dan keberhasilan desa secara akumulatif akan mendorong kelangsungan ekonomi nasional maka posisi desa sungguh sangat penting. Desa perlu dikembangkan secara inovatif menuju desa cerdas atau smart village. Konsep smart city yang lagi populer diterapkan di berbagai daerah di Indonesia tidak bisa serta merta dimodelkan untuk desa dalam bingkai smart village, sebab kondisi dan karakteristik antara desa dan kota relatif berbeda. Diperlukan efforts yang lebih untuk pengembangan desa mengingat kondisi lokal, ketersediaan infrastruktur yang ada, serta kecukupan resources yang ada.
Diakui bahwa diperlukan program terencana dan pelibatan lintas sektor sebagai kerja bersama dalam bingkai whole of community untuk mewujudkan smart village ini. Smart village sesuai dengan namanya ditopang oleh seluruh komponen yang juga smart, mulai dari smart institution, smart infrastructure, smart service delivery, smart technology and innovation, serta smart societies. Untuk memenuhi seluruh komponen tersebut, diperlukan dukungan seluruh ekosistem smart village yang berpengaruh. Puluhan organisasi perlu untuk berkolaborasi lintas industri/ sektor untuk membangun sebuah smart village. Ini termasuk melibatkan perusahaan-perusahaan yang memiliki kapasitas teknologi, pemerintah daerah, litbang akademik, organisasi sosial, perusahaan besar dan kecil, petani, buruh, dll. Banyak dari organisasi ini berada di luar ekosistem desa, namun relatif cukup memiliki pengaruh untuk terlibat dalam program smart village. Oleh karenanya, pemerintah desa maupun masyarakat desa membutuhkan bantuan segenap elemen untuk mewujudkan smart village.
Membangun smart village atau kampung cerdas tidak semata-mata terbatas pada kecanggihan ICT (Information Communication and Technology) saja, tetapi yang lebih utama dan perlu ditekankan adalah bagaimana konsep smart village ini bisa mengubah kapasitas masyarakatnya dan cara mereka berinteraksi. Menciptakan kesadaran di antara warga desa tentang pentingnya inovasi dalam usaha mikro dan kecil untuk menciptakan kewirausahaan adalah hal penting. Pada saat yang sama memanfaatkan pengetahuan penduduk desa dengan mengembangkan kompetensi penduduknya melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan adalah tahap kunci dari smart village.
Smart village atau kampung cerdas akan mendesain desa sebagai pusat kreativitas warga yang menggabungkan antara kegiatan ekonomi produktif dan kreatif, peningkatan pendidikan dan kesehatan, upaya pengentasan kemiskinan, dengan instrumen ICT sebagai pendorongnya. Dengan kampung cerdas ini, peran pemerintah desa lebih dioptimalkan agar dapat mengelola sumberdaya desanya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Operasionalisasi kampung cerdas dapat dipusatkan di kantor desa dan balai desa, sehingga desa dan balai desa akan terus dikunjungi oleh masyarakat desa dengan berbagai ragam aktivitas. Balai desa dan kantor desa diharapkan bisa berfungsi pula sebagai rumah kreatif warga atau dapat ditingkatkan lagi menjadi wadah citizen-sourcing, yaitu tempat untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam memberikan ide atau inovasi yang dapat dikembangkan di desanya, bahkan para expertise atau pakar dapat diundang ditempat ini untuk memberikan saran terobosan bagi kemajuan desa.
Smart Village sebagai Komitmen Aksi Inovasi Selanjutnya
Dengan total desa sebanyak 74.093 desa menjadi aset yang akan dikembangkan menuju smart village. Jika kesemua desa sudah mampu mencapai smart-village maka arus ruralisasi akan meningkat, beban perkotaan akan menurun, perekonomian nasional akan tumbuh pesat, dengan disertai menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran, serta pembangunan daerah yang relatif merata. Untuk mencapai mimpi, ini fokus kebijakan pembangunan desa melalui program smart-village perlu dilakukan dengan disertai komitmen bersama.
Kampung Pintar, Desa Cerdas, smart village, atau istilah smart lainnya perlu menjadi agenda utama bagi seluruh pemerintah daerah dalam mendorong daerah rural menjadi kawasan maju dan modern. Smart village akan menjadikan pemerintah dan masyarakat desa memiliki peran/ kontribusi yang sangat tinggi dalam memajukan desanya. Smart city maupun smart village adalah dua komponen yang saling melengkapi untuk memperluas pemenuhan pelayanan publik yang lebih modern dan merata. Namun, dengan menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah nasional, seperti kemiskinan, kesehatan, air bersih, listrik, hingga potensi lokal yang terbengkalai, maka pilihan kebijakan smart village sebagai fokus inovasi pembangunan daerah akan lebih menguntungkan. (*)


Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/24/smart-village-inovasi-pembangunan-desa

Tulisan ini dikutif ulang untuk kepentingan sosial dan pendampingan desa ( admin )***
Lebih baru Lebih lama